Cika, 19 tahun, mahasiswi cerdas. Cika
tidak pernah mengenal papanya yang meninggal ketika Cika dalam
kandungan Lani, mamanya. Semua foto papa Cika hanyut terbawa arus ketika rumah
Cika terkena banjir. Saat itu usia Cika baru satu tahun karenanya Cika sama
sekali tidak mengenal wajah papanya.
Di usia 5 tahun, Cika mulai sering berkhayal
papanya karena Cika selalu cemburu bila melihat teman-temannya punya
papa sedangkan ia tidak. Lambat-laun Cika menganggap pria kebapakan dalam
khayalannya benar-benar papanya.
Ela
dan Meli, sahabat
Cika dan orang
lain di sekitarnya sering melihat
Cika bicara sendiri dan melakukan aktifitas seolah-olah Cika melakukannya
dengan seseorang. Hanya di hadapan Lani, Cika tidak pernah terlihat melakukan
hal itu karena Cika tahu kalau Lani tidak ingin Cika mengingat papanya.
Cika
bercerita pada Ela dan Meli, papanya
berjanji membelikan Blackberry baru kalau IPK semester Cika tinggi.
Blackberry memang dijanjikan pada Cika tapi Lani yang menjanjikan. Namun dalam
khayalan Cika seolah-olah papanya yang telah menjanjikan.
Di parkiran kampus, Ela dan Meli
melihat Cika duduk di jok
belakang sedan seperti sedang pamitan dan
mencium tangan seseorang di sampingnya. Padahal dalam sedan
hanya ada Cika dan supir duduk di belakang kemudi. Keluar
dari sedan, Cika melambaikan tangan ke arah sedan yang melaju.
Di Mall, Cika terlihat berjalan sendiri
tapi seolah ia sedang berjalan sambil bicara dengan seseorang begitu juga waktu
sedang makan di foodcourt. Pengunjung Mall heran melihat tingkah Cika yang
aneh.
Pada Ela dan Meli, Cika cerita kalau weekend kemarin,ia dan
papanya mancing di tengah laut. Cika mengatakan, papanya melarang pacaran
karena harus konsentrasi kuliah, itu sebabnya Cika menolak cinta Glen yang tak
bosan berharap menjadi pacar Cika.
Semua
khayalan Cika tentang
kebersamaan dengan papanya,
diceritakan Ela dan Meli pada Lani. Awalnya, Lani tidak percaya. Akhirnya, Lani
mengakui kalau sudah terjadi hal tak wajar pada Cika ketika ia memergoki Cika
sedang bicara sendiri seolah bicara dengan seseorang.
Lani berkonsultasi pada temannya, Nana,
ahli psikolog. Nana menjelaskan, Cika mengalami schizophrenia yaitu
penyakit kekacauan jiwa serius ditandai kehilangan
kontak kenyataan (psikosis), halusinasi,
khayalan (kepercayaan salah), pikiran
abnormal dan mengganggu kerja dan fungsi sosial namun keseharian
penderita terlihat normal dalam kondisi penyakit tidak kambuh. Nana menyarankan
Lani menikah lagi agar Cika yang
merindukan sosok ayah, bisa mendapatkan secara nyata.
Saran Nana membuat Lani lebih serius lagi mempertimbangkan Hendy, teman masa SMA nya dulu. Hendy sudah duda tanpa anak dan seminggu lalu mengutarakan niatnya ingin melamar Lani sebagai istrinya. Lani belum menjawab karena dia sendiri masih mempertimbangkan Cika apakah bersedia punya papa tiri.
Akhirnya, Lani menanyakan Cika kesediaannya jika suatu hari nanti Lani menikah lagi. Sambutan Cika ternyata menyenangkan hati Lani. Cika bahagia jika Lani menikah lagi berarti Cika akan punya papa. Cika sangat setuju dan dukung rencana Lani menikah lagi. Lani bersyukur akhirnya hatinya mantab memberikan hadiah papa untuk Cika.
Cika
mendapat surprise di
pesta ULTAH-nya. Lani mengenalkan Cika pada Hendy, pria
berumur, calon papa tiri Cika. Cika bahagia, karena wajah dan fisik Hendy, sama
dengan papa khayalannya. Cika tidak pernah lagi berkhayal papanya karena ia sudah punya papa yang
nyata.
Comments
Post a Comment