PAPA UNTUK CIKA

Protected by Copyscape

papa, ayah, daddy
foto: pixabay.com
Cika, 19 tahun, mahasiswi cerdas.  Cika  tidak  pernah mengenal  papanya yang meninggal ketika Cika dalam kandungan Lani, mamanya. Semua foto papa Cika hanyut terbawa arus ketika rumah Cika terkena banjir. Saat itu usia Cika baru satu tahun karenanya Cika sama sekali tidak mengenal wajah papanya.

Di usia 5 tahun, Cika mulai sering  berkhayal  papanya karena Cika selalu cemburu bila melihat teman-temannya punya papa sedangkan ia tidak. Lambat-laun Cika menganggap pria kebapakan dalam khayalannya benar-benar papanya.

Ela  dan  Meli,  sahabat  Cika   dan   orang  lain  di sekitarnya sering melihat Cika bicara sendiri dan melakukan aktifitas seolah-olah Cika melakukannya dengan seseorang. Hanya di hadapan Lani, Cika tidak pernah terlihat melakukan hal itu karena Cika tahu kalau Lani tidak ingin Cika mengingat papanya.

Cika  bercerita pada Ela  dan  Meli, papanya  berjanji membelikan Blackberry baru kalau IPK semester Cika tinggi. Blackberry memang dijanjikan pada Cika tapi Lani yang menjanjikan. Namun dalam khayalan Cika seolah-olah papanya yang telah menjanjikan.

Di parkiran kampus, Ela dan  Meli  melihat Cika  duduk di jok belakang sedan seperti  sedang  pamitan dan  mencium tangan seseorang di sampingnya. Padahal dalam  sedan  hanya  ada Cika  dan supir duduk di belakang kemudi. Keluar dari sedan, Cika melambaikan tangan ke arah sedan yang melaju.

Di Mall, Cika terlihat berjalan sendiri tapi seolah ia sedang berjalan sambil bicara dengan seseorang begitu juga waktu sedang makan di foodcourt. Pengunjung Mall heran melihat tingkah Cika yang aneh.

Pada Ela dan Meli,  Cika cerita kalau weekend kemarin,ia dan papanya mancing di tengah laut. Cika mengatakan, papanya melarang pacaran karena harus konsentrasi kuliah, itu sebabnya Cika menolak cinta Glen yang tak bosan berharap menjadi pacar Cika.

Semua  khayalan  Cika  tentang   kebersamaan  dengan papanya, diceritakan Ela dan Meli pada Lani. Awalnya, Lani tidak percaya. Akhirnya, Lani mengakui kalau sudah terjadi hal tak wajar pada Cika ketika ia memergoki Cika sedang bicara sendiri seolah bicara dengan seseorang.

Lani berkonsultasi pada temannya, Nana, ahli psikolog. Nana menjelaskan, Cika mengalami schizophrenia yaitu penyakit kekacauan jiwa serius ditandai kehilangan kontak  kenyataan (psikosis), halusinasi, khayalan (kepercayaan  salah), pikiran abnormal dan mengganggu kerja dan fungsi sosial namun keseharian penderita terlihat normal dalam kondisi penyakit tidak kambuh. Nana menyarankan Lani  menikah lagi agar Cika yang merindukan sosok ayah, bisa mendapatkan secara nyata.

Saran Nana membuat Lani lebih serius lagi mempertimbangkan Hendy, teman masa SMA nya dulu. Hendy sudah duda tanpa anak dan seminggu lalu mengutarakan niatnya ingin melamar Lani sebagai istrinya. Lani belum menjawab karena dia sendiri masih mempertimbangkan Cika apakah bersedia punya papa tiri.

Akhirnya, Lani menanyakan Cika kesediaannya jika suatu hari nanti Lani menikah lagi. Sambutan Cika ternyata menyenangkan hati Lani. Cika bahagia jika Lani menikah lagi berarti Cika akan punya papa. Cika sangat setuju dan dukung rencana Lani menikah lagi. Lani bersyukur akhirnya hatinya mantab memberikan hadiah papa untuk Cika.

Cika   mendapat  surprise  di  pesta  ULTAH-nya.  Lani mengenalkan Cika pada Hendy, pria berumur, calon papa tiri Cika. Cika bahagia, karena wajah dan fisik Hendy, sama dengan papa khayalannya. Cika tidak pernah lagi berkhayal  papanya karena ia sudah punya papa yang nyata.


Protected by Copyscape

Comments