IBUKU DIUSIR DARI RUMAHNYA SENDIRI

Protected by Copyscape
 
cerita, ibu, kisah, rumah,
foto: pixabay.com

Siang itu adalah hari yang paling berduka bagi Dewi(25) dan  Murni, ibunya(60), karena bapak dan suami yang mereka cintai meninggal  mendadak karena serangan jantung. Lina dan  suaminya, Bram, yang selama ini tinggal di Surabaya pun datang menjenguk Bapaknya untuk yang terakhir kalinya.Lina dan Bram  tinggal di rumah itu agak lama. Murni  mengira itu karena Lina dan Bram kuatir denga keadaannya setelah di tinggal suaminya. Sudah 5 tahun ini, mereka gak pernah datang ke Jakarta karena sibuk mengurus bisnis mereka di Surabaya.

Tapi ternyata Bram dan Lina punya rencana busuk, Bram yang sedang merintis usaha baru di Surabaya membutuhkan banyak dana. Mereka mengincar rumah Murni untuk di jual. Diam-diam Bram menyelinap ke kamar Murni. Dia mencuri surat-surat rumah yang di simpan di lemari. Bram kemudian memalsukan tandatangan Bapak mertuanya yang seolah-olah telah menjual rumah itu padanya.

Seminggu setelah meninggalnya Bapak, Bram baru beraksi, dia mengundang orang yang ingin membeli rumah Murni untuk melihat-lihat. Murni dan Dewi kaget begitu tahu niat Bram menjual rumah tanpa izin keluarga dulu. Tapi Bram malah mengaku kalau rumah itu adalah rumahnya karena Bapak telah menjual rumah itu padanya, jadi dia berhak menjualnya lagi. Dia juga menunjukan surat-surat rumah itu yang telah beruban atas namanya. Tapi sebelum transaksi penjualan rumah itu selesai, Dewi dan Murni masih bisa tinggal di rumah itu.

Murni sangat terpukul, dia yakin Bram yang merencanakan semua itu.Murni yakin suaminya gak mungkin menjual rumah itu tanpa sepengetahuannya. Dewi lebih percaya pada ibunya. Dewi pun  gak bisa sabar lagi, dia melampiaskan marahnya pada Lina atas kelakuan Bram yang merampas rumah mereka.Tapi Lina berpihak pada suaminya. Dia  bahkan tega mengusir Dewi dan murni dari rumah itu meski Murni memohon untuk tetap tinggal di sana, tapi gak dia izinkan.

Lina dan Murni terpaksa pergi,tapi mereka bingung mau kemana.Untungnya mereka bertemu Fandi, pacar Dewi. Fandi menawarkan Dewi dan Murni tinggal di rumahnya untuk sementara. Tapi sepertinya ibunya Fandi tidak setuju karena selalu bersikap jutek pada Dewi dan Murni. Mama Fandi menyuruh Fandi untuk mikirin lagi rencananya menikah dengan Dewi. Karena dia gak mau nanti setelah menikah, Dewi malah ngajak ibunya tinggal bareng mereka selamanya.

Fandi harus menuruti ibunya tapi dia ngasih alternative ke Dewi, kalau dia mau menikah dengan Fandi, dia harus meyuruh ibunya keluar dari rumah itu dan Fandi mau menyewakan kontrakan kecil untuk Murni.Tapi Dewi menolak, dia gak akan membiarkan ibunya yang mulai sakit-sakitan tinggal sendirian. Dewi mengajak Murni untuk pamit dari rumah Fandi. Fandi jadi serba salah gak tahu harus belain siapa.

Dewi dan Murni menyewa rumah kontrakan.Kesehatan Murni semakin menurun. Dia selalu ngigau ingin kembali ke rumah itu.Dewi merasa gak tega, dia  janji pada Ibunya, untuk merebut kembali rumah itu dari Bram. Anehnya, setiap orang yang sudah menawar rumah itu, ternyata menggagalkan niat mereka untuk membelinya, sampai Bram capek menunggu siapa yang akan membeli rumah itu.

Dewi datang dan meminta Bram dan Lina untuk mengizinkan Ibu kembali kerumah. Bram tetap melarangnya, kecuali kalau Dewi bisa memberi tebusan rumah itu dengan harga 1 M, baru dia akan serahkan rumah itu lagi. Dewi bingung, gimana caraya dia dapatkan uang 1M itu?

Melihat kondisi ibunya yang semakin lemah. Dewi cemas. Dia harus medapatkan uang 1 M itu. Tapi demi ibunya, Dewi berusaha bekerja siang dan malam, kalau siang dia ngantor dan kalau malam dia part time di sebuah restoran. Tapi tetep aja gak akan kekejar dapat uang sebanyak itu. hingga terlintas di benak Dewi untuk menerima lamaran lelaki tua, bosnya di restoran yang menawarkan hidup enak pada Dewi, Tapi keburu ketahuan Murni dan Murni melarangnya.

Murni gak mau Dewi sampai mengorbankan masa depannya untuk mendaptkan uang. Murni kaget mendengar tebusan yang harus mereka bayar, Murni jadi benar-benar marah pada Lina dan Bram. Tapi dia gak bisa berbuat apa-apa. Murni  dan Dewi pun pasrah jika memang rumah itu gak bisa lagi mereka miliki.

Bram mendapat kabar dari rekan kerjanya di Surabaya kalau perushaan mereka ludes terbakar dan mereka mengalami kebangrutan bahkan harus membayar hutang perusahaan mereka. Bram stress.  Satu-satunya harapan dia adalah uang hasil penjualan rumah itu, tapi tetap aja rumah itu gak laku-laku. Bram semakin bingung, dia berkeliling dengan membawa surat rumah itu dan menawarkan pada orang-orang yang dia temui. Semua orang malah menganggap Bram gak waras.

Lina menyusul Bram untuk pulang, jangan berkeliaran di jalan, tapi mereka malah ribut  di tengah jalan. Dan tanpa mereka sadari mereka  tertimpa batu dari rumah warga yang sedang di  perbaiki. Bram meninggal dan Lina kritis. Dewi dan Murni yang mendengar kabar tentang Lina segera mendatangi rumah sakit, Lina meminta maaf dan mengaku kalau  Bram yang telah memalsukan tanda tangan Bapak mereka. Setelah itu Lina meninggal.


Murni dan Dewi pun dapat kembali ke rumah yang memang seharusnya menjadi hak mereka. Sementara itu, akhirnya hati orang tua Fandi luluh juga. Mereka menyadari kesalahan mereka pada Dewi dan ibunya dan ingin minta maaf. Dewi dan ibunya pun tak mempermasalahkan hal itu, justru mereka berterimakasih telah di tolong oleh Fandi. Fandi pun melamar Dewi di depan orang tua mereka.  
Protected by Copyscape

Comments